Oleh : Alfiah, S.Si
Indonesia berduka. Ratusan nyawa melayang demi sebuah pertandingan olahraga yang seharusnya sebagai hiburan semata. Hari ini ada anak-anak yang menjadi yatim, ada istri istri yang menjadi janda dan orang tua yang kehilangan anak anaknya. Sungguh mahal harga yang harus dibayar hanya untuk sebuah permainan sepakbola.
Sebuah permainan harusnya sebatas permainan, hiburan disaat jenuh dengan rutinitas harian. Hiburan sekadar seperlunya saja, tidak perlu masuk terlalu dalam kedalam hati.
Tragedi ini mengerikan. 174 orang tewas. Itu salah-satu rekor dunia! Tapi rekor mengerikan. Salah-satu rekor kematian. Salah satu! 174 orang dalam satu pertandingan sepakbola.
Salah siapa? Semua pihak yang terlibat sudah pasti membela diri masing-masing. Lantas sibuk menyalahkan orang lain. Paling gampang: salahkan SUPORTER!
Pengurus PSSI, manajemen liga, mereka sepertinya tidak akan masuk penjara gegara kasus ini. Pemilik klub, pengurus klub, juga sama, tidak akan masuk penjara. Aparat kepolisian? Wah, tenang, sejak awal sudah banyak yang akan siap membela mereka. Termasuk pejabat-pejabat di atasnya. Pemerintah tentu tidak mau disalahkan. Aparat akan selalu mengklaim yang dilakukan benar. SOP mereka sudah benar, menurut mereka.
Kalaulah seperti ini, ke depan, kejadian suporter mati ini akan terus terulang. Lagi-lagi, disalahkan suporter. Karena di negeri ambyar ini, paling gampang, salahkan rakyat kecil. 174 orang mati! Itu bukan cuma angka. Itu adalah fakta, betapa kacau balaunya negeri ini.
BPBD Provinsi Jawa Timur mencatat 174 jiwa meninggal dunia dan 298 korban luka ringan dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang.
Data ini didapatkan BPBD Jawa Timur pada Ahad (2/10) hingga pukul 10.30 WIB. Data ini masih bersifat dinamis dan dapat berubah sesuai assesment Tim Dinas Kesehatan Provinsi Jatim.
BPBD Jawa Timur juga merinci tragedi ini berdampak pada delapan unit kendaraan Polisi rusak dan fasilitas Stadion Kanjuruhan rusak berat. (CNNIndonesia.com, 2 Oktober 2022)
Tragedi ini bermula saat Polisi yang bertugas mengamankan pertandingan Arema vs Persebaya menembakkan gas air mata ke tribune penonton guna menenangkan suporter yang marah setelah Singo Edan dibekuk Bajul Ijo, 2-3. Padahal FIFA sendiri melarang penggunaan gas air mata di stadion pertandingan sepakbola.
Larangan FIFA soal penggunaan gas air mata itu tertuang pada Bab III tentang Stewards, pasal 19 soal Steward di pinggir lapangan.
“Dilarang membawa atau menggunakan senjata api atau gas pengendali massa,” tulis regulasi FIFA tersebut.
Sungguh tragedi Kajuruhan ini adalah tragedi kemanusiaan yang luar biasa. Kita tidak memandang mereka hanya sebatas suporter sepakbola, yang mungkin kita tidak menyukai nya. Tapi kita harus melihatnya dari sisi kemanusiaan, bahwa nyawa mereka harus dilindungi. Di sisi Allah, hilangnya nyawa seorang muslim lebih lebih besar perkaranya dari pada hilangnya dunia.
Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ
“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).
Sangat disayangkan, nyawa seorang muslim harus hilang untuk sesuatu yang sangat tidak jelas.
Semua bisa memberikan keterangan apapun mengenai kejadian yang sedang ramai di masyarakat, namun kita perlu menyadari, semua disaksikan oleh Allah. Kita tidak bisa memberikan nasehat apapun selain ingin menyampaikan, “Allah tidak pernah melupakan tindakan orang dzalim.”
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ
“Jangan sekali-kali kamu mengira, Allah akan melupakan tindakan yang dilakukan orang dzalim. Sesungguhnya Allah menunda hukuman mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak (karena melihat adzab).” (QS. Ibrahim: 42).
Dan bisa jadi, hukuman itu Allah segerakan di dunia…
Dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ مِنَ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ
Tidak ada dosa yang lebih berhak untuk Allah segerakan hukuman bagi pelakunya di dunia, disamping masih ada hukuman di akhirat, selain dosa dzalim dan memutus silaturrahmi. (HR. Turmudzi 2700, Abu Daud 4904 dan dishahihkan al-Albani).
Nyawa manusia itu amat berharga. Bahkan Allah menyatakan hilangnya dunia lebih ringan baginya dibanding terbunuhnya seorang mukmin. Wahai para pemangku negeri ini bertobatlah dan kembali kepada aturan Illahi. Jangan bertindak zhalim kepada rakyat dengan menganiayanya karena doa orang yang teraniaya pasti diijabah oleh Allah. Wallahu a’lam bi ash-shawab.***
Penulis pegiat literasi Islam